Seorang wanita yang mengalami pelecehan seksual menceritakan kisahnya, “Saya pernah berpikir bahwa saya tidak lagi punya masa depan. Tapi, ada banyak peristiwa yang membukakan mata saya dan membuat saya melihat kejadian yang saya alami dengan perspektif yang berbeda. Barangkali saya diberikan kesempatan mengalami ini semua adalah mempersiapkan saya menjadi pejuang bagi orang-orang yang mengalami ketidakadilan hidup.”

Terbukti, ia tidak larut dalam masa lalunya yang kelam dan memutuskan membangun rumah penampungan anak dari wanita-wanita yang mengalami pelecehan dan tidak ingin membesarkan anaknya. “Saya tahu beban mental yang mereka alami. Kadang bagi wanita yang seperti itu, aborsi sepertinya adalah pilih terbaik”, ungkapnya. “Tapi, itu adalah keputusan yang salah karena anak yang ada dalam kandungan mereka sudah merupakan sebuah kehidupan dan mereka tidak memiliki kesalahan apa pun. Oleh sebab itu, daripada diaborsi saya menerima ibuibu yang tidak ingin merawat anaknya. Ketika mereka berubah pikiran dan ingin merawat kembali anaknya, saya akan mengembalikan pada orangtuanya.” Sang wanita memutuskan untuk memaknai masa lalunya dengan cara yang berbeda. Padahal, ada ribuan wanita mencap dirinya tidak berguna, kotor, atau tidak lagi memiliki masa depan karena kejadian tersebut. Bahkan, kadang mereka mengambil keputusan yang tidak kalah buruknya, mulai dari me- lakukan aborsi hingga menjadi wanita tuna susila.

Apapun yang Anda

alami di masa lalu, ingat,

Anda punya kebebasan

memaknainya.

Satu catatan penting, bahwa seberapa buruk-pun masa lalumu, semuanya ada di masa lalu dan sudah lewat walau menyakitkan dan menyedihkan. Sekarang keputusan di tangan anda untuk terpuruk akan masa lalu itu, lari darinya, atau belajar dari masa lalu itu.

Pic credit
Sukadana, Nyoman. 2013. Action. Bogor: PT Jawa Mediasindo Lestari