Siapa yang tidak mengenal Steven Spielberg, seorang sutradara kawakan. Menurut Anda, kapankah dia pertama kali merayakan keberhasilan untuk filmnya yang berhasil? Barangkali Anda akan menduga Jurrasic Park. Nyatanya tidak. Ternyata ia merasa sangat gembira ketika film pendeknnya dibeli seharga USD 10.000.

Dari situ, kemudian ia menciptakan target-target baru, seperti membuat film bergaya Bond. Setelah filmnya rilis, ia kembali merayakan keberhasilan untuk filmnya yang berjudul Indiana Jones. Demikian juga ketika ia dia berpikir untuk membuat triller, ia meraih sukses dengan filmnya Jaws. Namun, di balik berbagai kisah suksesnya, ada beberapa filmnya yang kurang sukses di pasaran.

Saya membangun usaha saya melalui serangkaian target-target kecil yang memberikan saya kegembiraan saat mencapainya. Ketika pertama kali saya membangun usaha, target saya adalah mampu memasarkan guci antik ke 3 atau 4 hotel berbintang. Begitu saya berhasil, saya merasakan kegembiraan luar biasa. Meskipun hasil ini bukan apa-apa bagi pemasok kerajinan yang terlebih dahulu hadir.

Namun, target saya berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Misalnya, pada awal membangun usaha, saya mendapatkan keuntungan Rp 100.000. Itu adalah sebuah keberhasilan besar. Dengan berjalannya waktu, target pendapatan bisnis saya meningkat, mencapai 9 digit.

Demikian juga halnya seorang pemain musik jazz yang cukup andal. Saya bertanya bagaimana ia berlatih dengan tekun untuk bisa bermain musik sebaik saat ini. Namun jawabnya mengejutkan, “Saya tidak pernah belajar, saya hanya mengejar kesenangan demi kesenangan”, jelasnya. “Saya bergembira ketika saya bisa menguasai beberapa chord sederhana pada saat saya berlatih. Lalu, saya belajar menikmati kesenangan untuk bisa memainkan sebuah lagu.”

Ia menetapkan hal-hal yang ingin dia capai, hari ini, dalam waktu satu bulan. Hal inilah yang ia lakukan selama puluhan tahun sehingga ia mengaku tidak pernah sadar jika ia sudah berlatih piano selama itu. “Bayangkan jika saat saya belajar piano, lalu saya menargetkan harus bisa seperti seorang pemain jazz andal dalam waktu singkat. Sehingga, pikiran saya terfokus pada hasil akhir maka saya tidak akan pernah menikmati proses. Karena, apa pun yang saya capai, masih jauh dari target yang ingin saya sorot”, jelasnya.

Pic credit
Sukadana, Nyoman. 2013. Action. Bogor: PT Jawa Mediasindo Lestari